SARILAMAK (14/12) – Implementasikan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial “Taratak Biso”, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Lima Puluh Kota bersama Lapas Kelas III Suliki launching buku Pena Dibalik Jeruji: Wujudkan Mimpi” dalam rangka memperkenalkan hasil karya tulis para Warga Binaan Permasyarakatan Lapas Suliki yang telah melaksanakan pelatihan menulis pada 25 Oktober 2023.
Acara launching buku diadakan pada Hari Senin, 11 Desember 2023 bertempat di Aula Perpustakaan Umum Kabupaten Lima Puluh Kota. Kegiatan ini turut dihadiri oleh Jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Bupati Kabupaten Lima Puluh Kota, Safaruddin Dt. Bandaro Rajo, Bunda Literasi Kabupaten Lima Puluh kota, Ny. Nevi Safaruddin, Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumatera Barat, Jumaidi, Koramil 03 Suliki, Muhardif, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lima Puluh Kota, Duta Baca Kabupaten Lima Puluh Kota dan para tamu undangan yang tergabung dalam Ikatan Guru Penulis Penggiat Literasi (IGPPL), Komunitas Penulis Penggiat Literasi (KPPL) serta Guru Bahasa Indonesia.
Kegiatan ini dibuka langsung dengan pemaparan laporan panitia penyelenggara acara oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, Bapak Radimas. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan oleh Bupati, Bapak Safaruddin Dt. Bandaro Rajo. Dalam sambutannya ia mengapresiasi Kepala Lapas Kelas III Suliki yang terus berinovasi menjadikan lapas tempat pembinaan yang lebih agamis dan humanis. Menjadikan Lapas Kelas III Suliki sebagai lapas pertama di Sumatera Barat yang meluncurkan karya tulisan dari warga binaannya.
Memasuki puncak acara, rangkaian kegiatan dimulai dengan launching buku Pena Dibalik Jeruji: Wujudkan Mimpi, penyerahan buku hasil karya KPPL dan IGPPL, Peresmian studio mini Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota oleh Bapak Bupati, Bapak Safarudidn, dilanjutkan dengan acara bedah buku bersama Bunda Literasi Kabupaten Lima Puluh kota, Ny. Nevi Safaruddin dan Kepala Lapas Kelas III Suliki, Kamesworo. Dipenghujung acara, Kamesworo menyampaikan bahwa kesempatan melahirkan sebuah karya berbentuk buku tidak hanya terbatas untuk orang di luaran saja, tetapi warga binaan juga dapat menuangkan isi hati dan pikirannya. Walaupun terpenjara tetapi kisah mereka layak untuk dikonsumsi publik. (DP)
Feedback